Maryanto | "Home(age) of Leksigun" 

During one of his walk in Kaliurang, Maryanto found the remnant of Lik Sigun’s house,— dense with collective memories and local anecdotes of one peculiar guy.  For most of his lifetime, Lik Sigun used to live in that house, undisturbed by the world that goes around him. He owned a motorcycle that he decorated with Indonesian flag and instead of riding it, he took it for a walk on regular basis. He learned self-defence to protect those he cared the most. He made sword in the middle of the night using scraps he collected on the way. When his goat died, instead of burying it, he tied the four legs on the house poles to let it rotten and dried. Three years ago, he went missing in the forest of confusion, not yet to be found. Taking on his method in painting, Maryanto let the grass overgrown the remnant of the house to later trim the weed and highlight the part where the ‘artworks’ made by Lik Sigun are hidden; creating a conceptual landscape of remembrance.
_____

Ketika berjalan-jalan di  Kaliurang, Maryanto menemukan bekas rumah Lik Sigun – dipenuhi dengan memori kolektif dan anekdot lokal tentang seorang pria yang unik. Selama hidupnya, Lik Sigun tinggal di rumah tersebut, damai dan terbebas dari dunia yang kian memusingkannya. Ia adalah seorang pria yang mempunyai sebuah motor yang dihias dengan bendera Indonesia dan, alih-alih mengendarai motornya, ia membawa motor tersebut berjalan-jalan setiap harinya. Ia belajar bela diri untuk melindungi mereka yang paling menjadi perhatiannya. Ia membuat pedang di tengah malam dengan menggunakan rongsokan yang ia temukan di jalanan. Ketika kambingnya mati, alih-alih menguburkannya, ia malah mengikat keempat kaki kambing tersebut di tiang-tiang rumahnya, membiarkannya membusuk dan mengering dengan sendirinya. Tiga tahun lalu, ia menghilang di sebuah hutan bernama Hutan Bingungan, dan belum ditemukan hingga sekarang. Menggunakan metodenya dalam melukis, Maryanto membiarkan rerumputan di sekitar rumah Lik Sigun tumbuh liar untuk kemudian merapikannya dan menyoroti bagian rahasia dimana ’karya seni’ Lik Sigun tersembunyi di dalamnya, membuat sebuah lanskap konseptual akan kenangan tentang Lik Sigun.